Sampah Antariksa, Ancaman Masa Depan

Setiap mengajar materi GNSS (Global Navigation Satellite System), saya sering berseloroh tentang peluang bisnis sebagai "pemulung satelit".
Candaan saya sebenarnya adalah keprihatinan tentang kondisi antariksa. Apalagi tadi pagi di timeline Instagram melintas berita tentang Starlink--milik Elon Musk--telah menempatkan sekitar 3.000 satelit ke luar angkasa sejak 2018. Pada akhirnya mereka mungkin akan menggunakan 10.000 atau 12.000 satelit. Padahal--bisa jadi--separuhnya adalah satelit tidak aktif yang merupakan sampah antariksa.

Sumber: nationalgeographic.grid.id

Pada foto tergambarkan satelit yang rusak, bagian roket bekas, dan sampah lainnya — bahkan sarung tangan astronot — mencemari lingkungan dekat ruang angkasa.

Menurut yang diberitakan Nationalgeographic.co.id:
"7 astronaut yang berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional terbangun dari tidur mereka. Ada berita yang tidak diinginkan pada pagi hari, 15 November 2021. NASA khawatir. Stasiun itu meluncur langsung ke area berbahaya yang tiba-tiba dipenuhi sampah. Tabrakan dapat merusak pesawat ruang angkasa. Dan itu bisa mengancam keselamatan semua orang di dalam. NASA memperingatkan para astronaut untuk berlindung.

Para astronaut menutup palka di antara bagian-bagian ISS dan naik ke kapal pelarian. Kemudian mereka menunggu. Untungnya, mereka transit di daerah itu tanpa kecelakaan. Semua aman.

Tak lama, sumber dari semua puing itu akan terungkap. Sebelumnya pada hari itu, pemerintah Rusia telah meluncurkan roket untuk meledakkan satelit. Satelit itu tidak berfungsi sejak 1980-an. Peluncuran ini sedang menguji teknologi rudal baru.

Sementara rudal melakukan tugasnya, ledakan itu menciptakan "ladang puing." Satelit yang hancur menghujani ruang angkasa dengan sekitar 1.500 keping sampah yang cukup besar untuk dilihat dan dilacak dengan teleskop. Itu juga menghasilkan ratusan ribu potongan yang lebih kecil. Bahkan sepotong kecil bisa membuat lubang di bagian luar ISS. Dan ancaman dari satelit yang satu ini bisa bertahan selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun."

Saya membayangkan kondisi luar angkasa yang semakin berantakan, dan itu merupakan potensi ancaman untuk kehidupan di bumi.

Dan berita yang masih hangat seperti yang diberitakan Liputan6.com:
"Sampah antariksa yang melintasi langit Pulau Sumatra bagian selatan dan Pulau Kalimantan sempat menggegerkan dalam beberapa hari terakhir. Terutama, warganet yang ramai mengomentari sejumlah unggahan foto maupun video terkait jatuhnya puing orbital atau populer disebut sampah antariksa tersebut.

Pada awalnya, warganet dibikin heboh lantaran mengira sebagai serombongan UFO atau unidentified flying object alias benda terbang aneh. Mereka heran karena ada benda asing yang terbang dengan sangat cepat di langit.

Dalam sejumlah video yang beredar di media sosial atau medsos, perekam dan sejumlah rekannya tak paham dengan benda asing tersebut. Mereka hanya bisa merekam dan takjub, namun sekaligus khawatir. Bahkan, ada yang menyebut bak film Independence Day. Film yang berkisah mengenai serangan alien ke muka Bumi.

Adapun Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN mengonfirmasi benda asing itu sebagai sampah antariksa China. "Sampah antariksa CZ5B, roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa RRT (China) diprakirakan jatuh malam ini, 30-31 Juli 2022," demikian pesan singkat yang dikirim peneliti senior BRIN Thomas Djamaluddin, Sabtu 30 Juli 2022.

Selanjutnya, mengutip brin.go.id, lembaga tersebut menjelaskan telah terpantau sebuah roket bekas peluncuran modul stasiun antariksa milik China jatuh di Samudera Hindia. Peristiwa tersebut terjadi pada 30 Juli 2022, pukul 23.45 WIB.

Ternyata, puing orbital diyakini bagian dari roket Long March 5B milik China itu juga dilaporkan jatuh di Sanggau, Kalimantan Barat atau Kalbar. Sejumlah warga Desa Pengadang, Kabupaten Sanggau, mengaku mendengar suara dentuman di langit, kemudian merasakan getaran di rumahnya. Pengakuan warga juga dibenarkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Sanggau, Siron."

Akhirnya, marilah kita berhitung betapa banyaknya potensi sampah antariksa yang akan terjadi.
Selain Starlink--sebagai orang geodesi--kita paham bahwa satelit-satelit navigasi juga cukup banyak beredar di ruang angkasa a.l.: GPS, Galileo, Beidou, GLONNAS dsb.

Tulisan ini sebagai reminder untuk diri saya pribadi.

Public Speaking dalam Penyuluhan Pertanahan

Postingan ini adalah copasan tulisan saya yang berjudul URGENSI PENGUASAAN PUBLIC SPEAKING DALAM PENYULUHAN PERTANAHAN yang dimuat di buku Problematika Pengelolaan Pertanahan di Indonesia Terbitan STPN Press Tahun 2021.

Sumber: m.prindonesia.co

Public speaking adalah komunikasi lisan secara langsung yang dilakukan di depan sekelompok orang. Tujuan public speaking antara lain untuk mempengaruhi pendengar. Sering kali, tayangan elektronik digunakan untuk mendukung public speaking agar lebih menarik, meskipun penguasaan keterampilan bicara tetap menjadi syarat utama.
Penyuluhan adalah kegiatan berbicara di depan umum yang salah satunya bertujuan untuk menyampaikan informasi dan permintaan dukungan dari suatu program kerja. Pembicara tidak hanya wajib menguasai materi, tetapi juga harus memiliki kemampuan public speaking agar menarik minat audiens. Dengan demikian kegiatan tersebut bisa dipahami dengan baik dan masyarakat akan mudah untuk digerakkan—jika dibutuhkan.

Penyuluhan pertanahan merupakan kegiatan awal dalam rangka sosialisasi suatu program kerja dari Badan Pertanahan Nasional (BPN). Penyuluhan pertanahan menjadi salah satu kunci keberhasilan program kerja BPN yang memerlukan partisipasi masyarakat secara aktif. Namun, penyuluhan pertanahan acap kali hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tahapan kegiatan yang harus ditempuh. Tidak semua penyuluh mampu berbicara dengan baik di depan publik dan tidak selalu disadari olehnya, karena penguasaan public speaking dianggap bukan masalah besar. Kesadaran tentang posisi strategis suatu kegiatan penyuluhan menjadi terabaikan, meskipun berdampak pada ketidakpedulian masyarakat—bahkan antipati—terhadap program kerja yang teragendakan.

Kegiatan Penyuluhan Pertanahan
Ada berbagai macam kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh BPN terkait dengan program dari masing-masing unit kerja. Dalam hal ini penulis mengambil contoh penyuluhan di kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) sebagai Program Strategis Nasional yang menyita perhatian.
Penyuluhan PTSL dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan, Panitia Ajudikasi PTSL, satgas Fisik dan Yuridis, aparat desa hingga pemerintah daerah, penegak hukum, dan tokoh masyarakat. Target penyuluhan adalah semua masyarakat yang mempunyai/menguasai bidang tanah di wilayah desa/kelurahan tersebut, baik yang belum bersertipikat maupun yang sudah bersertipikat (ATR BPN, 2020).

Tujuan penyuluhan adalah agar PTSL tersosialisasi dengan baik, mendorong partisipasi aktif masyarakat, dan terjalinnya komunikasi ideal antar pihak. Penyuluhan dilakukan melalui forum pertemuan dengan masyarakat pemilik tanah. Dalam hal ini 1 paket penyuluhan maksimal sejumlah 200 orang yang mewakili 1.000 bidang. Selain itu juga dilakukan pembagian brosur/leaflet atau pemasangan spanduk (ATR/BPN, 2021).

Informasi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan meliputi: tahap kegiatan, jadwal kegiatan secara keseluruhan, jadwal yang melibatkan masyarakat (misal: jadwal pengumpulan data fisik dan dokumen pertanahan, jadwal verifikasi dan kesepakatan batas, jadwal pengukuran, dan lain-lain), pembiayaan, harapan agar masyarakat berpartisipasi dalam beberapa kegiatan (misal: identifikasi bidang tanah, konfirmasi terhadap bidang-bidang tanah terdaftar, pemasangan tanda batas, kehadiran saat dilaksanakan verifikasi dan kesepakatan batas di lapangan, serta penandatanganan Gambar Ukur).

Urgensi Penguasaan Public Speaking
Public Speaking adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki dalam aktivitas profesional, akademis, dan sosial. Alasan tersebut yang mendasari public speaking merupakan keniscayaan. Problem public speaking bukan disebabkan oleh bakat, karena berbicara adalah bagian dari kebutuhan pribadi. Satu hal yang perlu diingat bahwa dunia nyata menuntut relasi dan interaksi dengan orang lain. Kita akan dihadapkan pada kenyataan—cepat atau lambat—bahwa kita tidak mungkin memilih “mati”, saat diharuskan bicara di depan publik (Bimasena, 2008).

Secara alamiah, manusia akan hidup dalam komunitas yang beragam. Setidaknya ada dua pergaulan yaitu masyarakat dan dunia pekerjaan atau pendidikan. Selain itu sudah menjadi kelaziman seseorang memiliki multikomunitas, sehingga semakin memiliki potensi untuk melakukan public speaking.
Pengusaha—yang memiliki kemampuan berbicara—bisa meluluhkan hati para komisaris dan konsumen, sebagai sumber kehidupan bisnisnya. Seorang dosen harus bisa menyampaikan ide dengan baik, sehingga kegiatan kuliah berjalan idel. Seorang manager harus mampu mengarahkan secara lisan, sehingga instruksi yang diberikan kepada bawahan dapat berjalan sesuai dengan keinginannya. Coba bayangkan jika para pengusaha, dosen/guru, dan atasan tidak memiliki keahlian dalam berbicara, apakah hal itu tidak mungkin terjadi. Hal yang sama juga wajib dilakukan oleh seorang penyuluh PTSL, sehingga masyarakat memiliki kesadaran berpartisipasi dalam PTSL.

Permasalahan Public Speaking
Target audiens penyuluhan PTSL adalah masyarakat pemilik/penguasa bidang tanah. Mereka bisa dipastikan memiliki perbedaan dalam hal usia, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan tingkat pemahaman tentang pertanahan. Dengan demikian seorang penyuluh wajib berempati pada kondisi tersebut, sehingga cara penyampaiannya akan tepat sasaran.

Pembicara yang kurang terampil akan menciptakan belenggu mereka sendiri, sehingga gagal mewujudkan tujuan berbicara. Kasali (2003) mengungkapkan bahwa melakukan presentasi memang tidak mudah. Kita harus menghadapi orang dengan ragam karakter yang mungkin menyulitkan. Kendala bisa mulai dari diri sendiri yang merasa nervous, gugup, sampai pada pendengar yang jenuh lantas tertidur atau berbicara sendiri-sendiri.

Sherman (2012) menyampaikan bahwa 10 kesalahan yang sering dilakukan public speaker pemula yaitu:
  1. Memulai presentasi dengan “rengekan”. Contoh: Prolog berupa ucapan terima kasih yang terlalu panjang. Mulailah dengan pembuka yang menarik bagi audiens. Start with a bang!;
  2. Menirukan gaya bicara dan gesture orang lain. Jati diri kita akan hilang!;
  3. Gagal memahami audiens. Berbaurlah sebelum presentasi, sehingga lebih mengenal audiens kita;
  4. Gagal menghadirkan rasa santai. Mendengarkan lagu, menarik napas dalam-dalam, dan mengangkat bahu akan menghilangkan gugup;
  5. Presentasi dengan cara membacakan teks—kata demi kata—maka kita akan menidurkan audiens. Manfaatkan kata-kata kunci untuk memfokuskan pembicaraan. Pandanglah mata pendengar. Bicaralah!;
  6. Menceritakan pengalaman orang lain. Tidak masalah. Namun, lebih baik jika menyampaikan kisah kita sendiri;
  7. Bicara tanpa semangat. Bergairahlah pada topik kita, maka audiens akan ikut bergairah;
  8. Mengakhiri presentasi dengan pertanyaan dan jawaban. Gantilah dengan pernyataan “Kita akan sampai di penutup”. Lanjutkan dengan cerita terkait materi utama atau sampaikan beberapa butir kesimpulan. Akhiri dengan kutipan atau ajakan untuk bertindak;
  9. Gagal dalam penyiapan presentasi. Reputasi kita dipertaruhkan. Persiapkan diri dengan baik, sehingga meninggalkan kesan baik;
  10. Gagal menyadari bahwa penguasaan public speaking wajib dilatih. Sama halnya dengan melakukan latihan agar lancar menggunakan bermacam peralatan.
Penyuluh PTSL wajib memiliki kesadaran bahwa banyak kegiatan yang melibatkan masyarakat secara aktif. Kehadiran mereka pada kegiatan penyuluhan merupakan bentuk awal partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan PTSL. Jika itikad baik mereka tidak mendapatkan respon dari penyuluh dalam bentuk presentasi yang menarik, maka satu momen penting telah dilewatkan dengan sia-sia dan memiliki dampak pada ketidaklancaran pelaksanaan PTSL.

Solusi Problem Public Speaking
Opini yang menyatakan bahwa seorang pembicara tangguh ditentukan faktor bakat adalah tidak pernah ada, yang ada ialah bagaimana kita memahami cara berkomunikasi dengan benar, kemampuan mengolah vokal, dan menyadari dampak psikologis suatu presentasi terhadap audiens. Berbicara dengan artikulasi yang baik dan mengucapkan kata-kata secara jelas dan benar adalah kunci (Pane, 2004).

Struktur penyampaian materi mengikuti pola 4W+1H : Apa (what) sebagai pembuka.
Kemudian Siapa (who) yang melakukan “Apa” tadi, Di mana (where) dilaksanakan, dan Kapan (when). Sebagai penutup adalah Bagaimana (How) melaksanakannya (Oramahi, 2003).
Beberapa kelemahan umum seorang public speaker sudah disampaikan di atas, demikian juga untuk para penyuluh. Pada prinsipnya masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan beberapa langkah berikut:

1. Manajemen rasa takut dan panik
Anggaplah seorang penyuluh PTSL sudah memiliki cukup pengalaman dalam kegiatan penyuluhan. Namun, jika kita pembicara newbie, maka kontrollah kepanikan dan ketakutan, sehingga bukan mereka yang mengatur kita. Apa yang dialami saat semua hal destruktif terjadi, adalah identik dengan apa yang dialami saat kita bersemangat. Kita hanya perlu mengubahnya menjadi konstruktif.

2. Jadilah diri sendiri
Menjadi diri sendiri wajib dilakukan saat kita harus menyampaikan materi presentasi. Setiap orang memiliki gaya, termasuk para penyuluh senior yang menginspirasi kita. Namun, siapakah yang mampu menampilkan gaya kita secara maksimal, kecuali diri sendiri.

3. Berilah mereka, maka kita akan menerima
Sebagai penyuluh PTSL, kita menginginkan masyarakat berpartisipasi aktif dalam program tersebut. Kuncinya adalah memotivasi mereka. Jika kita ingin audiens bersemangat, kita harus bersemangat dalam penyampaian materi.

4. Jangan meminta maaf, mengakui keburukan atau menciptakan pembenaran
Tak perlu meminta maaf atau mengakui keburukan, apalagi menciptakan pembenaran pada program PTSL yang kita paparkan.
Setiap kali pernyataan negatif keluar dari mulut penyuluh, maka sebenarnya ia sedang berkata,"Jangan berharap banyak dari PTSL".

5. Libatkan audiens
Manusia adalah pendengar yang buruk. Rata-rata—setiap sembilan detik—audiens akan mendengarkan hal lain selain suara kita.
Audiens memiliki kecenderungan lupa pada 80% pesan kita. Di sinilah manfaat perangkat non verbal berupa alat bantu audiovisual.
Cara yang lebih efektif, adalah lupakan masalah telinga audiens, dan libatkan mereka secara aktif melalui interaksi personal. Misalnya dengan mendatangi tempat duduk mereka dan berdiskusi santai tentang kasus-kasus pertanahan yang mereka hadapi beserta solusinya.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah penyuluh wajib membekali diri dengan penguasaan substansi PTSL dan kemampuan public speaking yang memadai. Dengan demikian masyarakat mendapatkan pencerahan materi dan memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam PTSL.

Daftar Pustaka
  1. Bimasena, Agung N., 2008, BICARA atau MATI: Sebuah Refleksi tentang “Public Speaking”, Pelatihan Jurnalistik Tahunan Badan Pers Mahasiswa SANDI, Yogyakarta: STPN.
  2. Kasali, Rhenald, 2003, Sukses Melakukan Presentasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  3. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, 2020, Kerangka Acuan Kerja/Term Of Reference Penyuluhan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap, Jakarta: ATR/BPN.
  4. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, 2021, Petunjuk Teknis Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, Jakarta: ATR/BPN.
  5. Sherman, Rob, 2012, 10 Biggest Public Speaking Mistakes, http://www.speakfreaks.com/rob-sherman---top-10-speaking-mistakes.html (diakses pada 8 Maret 2021).
  6. Oramahi, Hasan A., 2003, Menulis untuk Telinga, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  7. Pane, Teddy R., 2004, Speak Out: Panduan Praktis dan Jitu Memasuki Dunia Broadcasting dan Public Speaking, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal dengan Waterpas (Waterpassing)

Tulisan ini saya buat secara cepat untuk memberikan gambaran teknis pengukuran KKV dengan waterpas yang saat ini sedang dipraktikan dalam mata kuliah Ilmu Ukur Tanah. Saya akan sempurnakan secara bertahap. Mohon maaf jika ada kesalahan.
=======================

Waterpas (sipat datar) adalah instrumen pengukur beda tinggi yang populer.
Alat ini relatif simple dalam penggunaannya. Hanya memiliki Sumbu 1 (sumbu 2 tidak ada), piringan horizontal saja, dan 1 nivo (pada umumnya nivo kotak, tanpa nivo tabung).
Jenis waterpas analog yang sering dipakai dalam praktik adalah waterpas tipe otomatis (dilengkapi dengan prisma pendulum). Lebih lanjut dapat dibaca DI SINI!



Salah satu fungsi waterpas adalah sebagai alat utama dalam pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (KKV).
Selanjutnya saya akan menjelaskan prosedur kerja pengukuran KKV dalam bentuk kring tertutup (loop).



DATA yang diukur:
1. Bacaan rambu depan (BA, BT, dan BB)
2. Bacaan rambu belakang (BA, BT, dan BB)

ALAT yang digunakan:
1. Waterpas dan statif 1 unit;
2. Rambu ukur 2 buah.

METODE yang digunakan adalah: pergi-pulang (PP), sehingga ada seksi pergi dan seksi pulang.
(metode double stand tidak digunakan dalam praktikum!)

PERHATIAN: Beberapa hal yang perlu digarisbawahi adalah:
  1. Waterpas diletakkan di antara 2 rambu (bukan tepat di tengah jarak antara 2 rambu);
  2. Terkait dengan poin 1, pemasangan waterpas tidak mengacu ke titik tertentu, sehingga hanya perlu dilakukan leveling (pengaturan nivo kotak) tanpa centering mekanis. Nivo kotak sebaiknya diatur dengan sekrup ABC, karena berdasarkan pengalaman akan lebih cepat dibandingkan dengan kaki statif;
  3. Penggunaan rambu dilakukan selang-seling; (lihat gambar)
  4. Slag wajib genap! Pada gambar terdapat 5 slag (ganjil), sehingga harus ditambahkan 1 slag lagi agar menjadi genap (6 slag).
Ketentuan nomor 3 dan 4 tersebut dalam rangka menghilangkan kesalahan titik nol rambu.

OLAH DATA:
  1. Lakukan hitungan seksi pergi dan seksi pulang secara mandiri;
  2. Setiap seksi wajib memenuhi syarat penutup tinggi, dalam hal ini 12 mm x akar kuadrat panjang slag total dalam kilometer;
    INGAT: panjang slag pergi berbeda dengan panjang slag pulang.
    Nilai 12 mm ditentukan berdasarkan Kelas Pengukuran WP seperti pada tabel.
  3. Panjang slag dihitung berdasarkan jarak optis antara alat ke rambu depan + rambu belakang. Rumus D = 100 x (BA-BB).
    Dalam hal ini Panjang Slag = Jarak Optis Instrumen ke Rambu Belakang + Jarak Optis Instrumen ke Rambu Depan;
    Perhatian: DILARANG memasukkan panjang sisi poligon sebagai panjang slag, mengingat waterpassing dan poligon adalah 2 kelompok data yang berdiri sendiri-sendiri dan tidak bisa dicampur aduk dalam pengolahannya!
  4. Selanjutnya dihitung delta H pergi dan delta H pulang untuk setiap slag.
    Nilai hampir sama, hanya berlawanan tanda! (delta H = beda tinggi)
  5. Hitung delta H terkoreksi, baik pergi maupun pulang!
  6. Hitung rerata delta H pergi terkoreksi dan delta H pulang terkoreksi.
  7. Hitung tinggi setiap titik KKV.

Terima kasih.

Yk - Dec.01.2021
Selepas Isya


Updated:
02 Des 2021 - 05.18 WIB

Soal Pokok Geodesi

Soal Pokok Geodesi (SPG) merupakan konsep dasar penentuan posisi planimetris (bidang datar).
Ada 2 (dua) buah SPG yang selanjutnya kita sebut sebagai SPG-1 dan SPG-2.

Sumber: www.indonesiasurvey.biz



SPG-1
Jika ada dua titik diketahui koordinatnya, maka dapat dihitung:
a. azimut antara 2 titik tersebut;
b. jarak antara 2 titik tersebut.

Rumus:
αAB= arc tan [(XB -XA) / (YB -YA)]
DAB = Ö [(XB -XA)2 +(YB -YA) 2]

SPG-2
Jika salah satu titik diketahui koordinatnya dan diketahui jarak serta azimut ke suatu titik yang lain, maka dapat dihitung koordinat titik yang lain tersebut dengan rumus sebagai berikut:

XB = XA + DAB sin αAB
YB = YADAB cos αAB
dalam hal ini:
X = absis ; Y = ordinat ; D = jarak ; α = azimut

Memahami Teodolit

Tulisan ini pertama kali saya posting di Instagram.
Mendadak aja terlintas di pikiran, karena saya merasa perlu memberikan pencerahan lewat tulisan sederhana.
Entah berhasil atau tidak, pembaca yang menjadi hakim tentang persoalan ini 😀.


Sumber: Surveying Instruments and Technology, 2017


Memahami alat teodolit (theodolite) itu tidak sekadar bisa mengoperasikan.
Namun, kita wajib mengerti tentang konstruksi alat tersebut.

Saya sering menganalogikan bahwa teodolit adalah alat yang bisa "menggeleng dan mengangguk".
Gerakan menggeleng bertumpu pada sumbu I (vertical axis) yang tepat menembus titik tengah piringan horizontal (horizontal circle).
Sedangkan sumbu putar gerakan mengangguk adalah sumbu II (horizontal axis) yang melewati titik pusat piringan vertikal (vertical circle).

Dalam hal ini sumbu II tegak lurus pada sumbu I (statement ini jangan dibalik, karena sumbu I yg jadi acuan).
Sebagaimana garis bidik (collimation axis) tegak lurus terhadap sumbu II, maka sumbu II yang menjadi patokan.

Posisi sumbu I, sumbu II, dan garis bidik inilah yang menjadi indikator untuk mendeteksi kesalahan alat teodolit yaitu:
1. Sumbu I yang tidak vertikal;
2. Terjadinya kesalahan kolimasi;
3. Adanya kesalahan indeks vertikal.

Postingan ini untuk pengingat bagi yang lupa saja 😁

Mengenang Prof. Su Ritohardoyo

Semua sudah diatur oleh Allah...
di mana saya bertemu dengan banyak orang baik.
Orang-orang yang memberikan inspirasi tentang semangat, pantang menyerah, tekun, rela berkorban 

Salah satunya adalah seorang Prof. Rito, yang memiliki nama lengkap Prof. Dr. Su Ritohardoyo, M.A.,
seorang Guru Besar Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, UGM.

Sumber: ugm.ac.id, 26 Agt 2015

Beliau adalah guru, bapak, kakak, sekaligus teman yang banyak menyemangati saya dalam menyelesaikan studi S2 di Geografi Fisik UGM dan Ilmu Lingkungan ITY.
Beliau tidak pernah memposisikan diri sebagai pembimbing, tetapi lebih kepada teman diskusi.

Ingatan saya terlempar ke tahun 2001, saat saya pertama kali bertemu beliau dalam kuliah Ekologi Geografi di UGM.
Jujur, tak terlalu menarik untuk saya, karena mungkin ilmu ekologi relatif asing untuk saya yang berlatar belakang Teknik Geodesi (akhirnya saya juga cuma dapat nilai B untuk mata kuliah ini 😄)

Kesan itu berubah total, kala saya memohon beliau untuk berkenan menjadi pembimbing tesis saya.
Ilmunya banyak.... tidak hanya terkait spesialisasi beliau di bidang Settlement Geography, Human Ecology, dan Land Use, tetapi juga untuk Metodologi Penelitian. 

Banyaaaak..... yang saya pelajari dari beliau, termasuk semangat menempuh ilmu dan mencapai gelar akademik tertinggi sebagai contoh untuk anak cucu.

Hari ini...
Sabtu 30 Oktober 2021
Fakultas Geografi berduka, UGM berduka, mungkin juga banyak institusi lain berduka.
Prof. Rito meninggal pada jam 12.02 WIB di R.S. Sardjito.

Ada kesedihan menyelinap di hati saya.
Mengenang sosok beliau yang humble
Seorang guru yang selalu minta izin kepada saya untuk merokok, sambil diskusi di rumah beliau.
Dan saya tidak ingat, sejak kapan beliau berhenti merokok.

Almarhum memang melarang saya konsultasi di kampus, tetapi selalu meminta datang ke rumah beliau yang sederhana di Perumahan Banteng Jalan Kaliurang Sleman.
Lebih sering malam hari, saat beliau sudah sedikit terbebas dari pekerjaan lain, sehingga punya waktu panjang untuk ngobrol banyak hal.
Tidak hanya tentang tesis saya, juga tentang kehidupan.

Banyak kenangan yang ingin saya tuliskan di 20 tahun mengenal beliau.
Dan takkan cukup dalam ruang terbatas ini.



Upacara Pemberangkatan Jenazah 31 Oktober 2021 menuju Balairung UGM
untuk penghormatan terakhir, sebelum dimakamkan


Selamat jalan Prof... 😢

Saya bersaksi bahwa almarhum orang baik
Semoga Allah ampuni dosanya, diterima amal ibadahnya, dilapangkan kuburnya.
Dan semoga diterima di surga-Nya.
Aamiin Allohumma Aamiin.



Yk - Oct.30.2021
Selepas Ashar yang disaput mendung
(updated Oct.31.2021)


Memahami Geodesi (Geodesy)

Lama tidak nulis di blog ...
dan kebetulan lagi weekend, saya ingin update artikel sebagai postingan pertama di tag geodesy

...........
Geodesi menurut pandangan awam adalah cabang ilmu geosains yang mempelajari tentang pemetaan bumi. Geodesi adalah salah satu cabang keilmuan tertua yang berhubungan dengan bumi.

Source: Pinterest

Selalu Ada Pelajaran di Setiap Tugas Lapangan

Sekitar dekade 90-an, saya pernah bekerja sebagai surveyor freelance.
Sembarang proyek diambil ... 
dari planimetris hingga topografis
dari ratusan meter persegi, hingga ratusan hektar 😁
Pernah single fighter, pernah sebagai tenaga kontrak, 
pernah pula sebagai pegawai tetap as Geodetic Engineer di sebuah mapping company di Jakarta.

Sampai akhirnya saya menetapkan diri untuk menjadi seorang PNS!
Menjadi tenaga pendidik!

PKL D1 2021

Tahun 1997 saya memulai karir sebagai pegawai negeri.
Tidak terasa sudah melewati masa 23 tahun lebih.

Di awal waktu sering saya merindukan kembali suasana proyek pengukuran.
Why?
Karena di setiap proyek, saya selalu menemukan hal baru.
Misal: lingkungan baru, orang-orang baru, budaya baru dan sebagainya.

Apakah kemudian saya bosan menjadi PNS?
Ternyata tidak ...
Ternyata saya menemukan "proyek lain" dalam aktivitas saya sebagai pengajar/instruktur.
Proyek yang sering disebut dengan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

Kerinduan saya terobati dengan kegiatan PKL--setidaknya untuk Diploma 1--, 
karena berganti taruna (baca: mahasiswa) setiap tahunnya, 
yang lebih saya anggap sebagai team work daripada sebagai murid.

Mengelola taruna yang berjumlah ratusan dan terbagi menjadi puluhan regu,
tentu tidak bisa saya bandingkan dengan proyek "terbesar" yang pernah saya kerjakan dulu di perusahaan swasta.
Beda ... sangat berbeda ... itu kerja profesional! 
Saya pernah membawahi 8 tim pengukuran, mengerjakan proyek topografi seluas 450 Ha, selama 3 bulan!

Pada saat berstatus PNS--hingga saat ini--proyek terbesar saya adalah mengerjakan Pemetaan Tematik Bidang Tanah 23 desa dengan memberdayakan sekitar 20 taruna. 
Ini juga selesai dalam 3-4 bulan.
Jelas di sini ada unsur "pendidikan", saya tidak bisa menuntut mereka dalam koridor "profesional" semata!

Tim PTBT 23 Desa 2018

Untuk PKL, tentu tidak bisa saya anggap sebagai proyek besar atau kecil.
Murni untuk pendidikan dan pengabdian masyarakat!

Satu hal yang saya syukuri ...
Selalu ada pelajaran baru yang saya peroleh saat di lapangan.
Dan itu akan melengkapi diary yang tidak selalu saya tuliskan.
Namun, pasti terekam di ingatan.
That's all



Yk - Jun.25.2021
Catatan di akhir PKL D1 2021
Pagerharjo, Samigaluh, Kulonprogo

Tanda Hubung vs Tanda Pisah

Tanda hubung dan tanda pisah sekilas mirip, padahal nyata beda dari penulisan dan fungsinya.
 
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) menjelaskan bahwa tanda hubung (-) dan tanda pisah (—) memiliki fungsi yang berbeda.

Dalam bahasa Inggris, tanda hubung disebut en dash dan tanda pisah adalah em dash.


Sumber: YF Edukasi


TANDA HUBUNG

1.Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.

Misalnya:

  • Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
    ra baru ….
  • Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
    put laut.
  • Kini ada cara yang baru untuk meng-
    ukur panas.
  • Parut jenis ini memudahkan kita me-
    ngukur kelapa.

2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.

Misalnya:

  • anak-anak
  • berulang-ulang
  • kemerah-merahan
  • mengorek-ngorek

3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.

Misalnya:

  • 11-11-2013
  • p-a-n-i-t-i-a

4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.

Misalnya:

  • ber-evolusi
  • meng-ukur
  • dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
  • 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
  • mesin hitung-tangan

Bandingkan dengan

  • be-revolusi
  • me-ngukur
  • dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
  • 20 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
  • mesin-hitung tangan

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku-mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).

Catatan: Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.

Misalnya:

  • BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
  • LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
  • P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.

Misalnya:

  • di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')
  • ber-pariban (bahasa Batak, 'bersaudara sepupu')
  • di-back up
  • me-recall
  • pen-tackle-an

7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

Misalnya:

  • Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
  • Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.

TANDA PISAH

1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

  • Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
  • Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.

Misalnya:

  • Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
  • Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
  • Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.

Misalnya:

  • Tahun 2010—2013
  • Tanggal 5—10 April 2013
  • Jakarta—Bandung



Sumber: PUEBI

Mengenang SDD

Hari ini adalah hari lahir SDD ...
Meskipun SDD--Sapardi Djoko Damono--telah dipanggil menghadap-Nya pada 19 Juli 2020 lalu,
karya-karyanya tak pernah mati.
Setidaknya selalu hidup di benak saya.
Menjadi inspirasi, bagaimana rumit cinta diekspresikan dalam kata-kata yang sederhana.

Dan ini adalah puisi untuk SDD yang tidak sengaja saya tulis pada 19 Maret 2021.
Puisi sederhana, 2 larik saja!
Mengapa tidak sengaja?
Karena kebetulan ada tantangan menulis di twitter dari 2 akun puisi yang kebetulan bertema "ulang tahun".



Untuk hari lahir SDD
(20 Maret 1940 -19 Juli 2020)

"detak adalah syukurmu
saat detik memetik usiamu"

Yk - Mar.19.2021


Sebelumnya saya pernah menulis tentang sosok beliau DI SINI
dengan kalimat pembuka berupa cuplikan puisi beliau yang membekas di hati saya.

Perempuan itu tak bisa dieja kecantikannya;
ia adalah kalimat utuh yang tak cukup sekadar dilisankan.

Saya baca kalimat puitis itu di tweet Sapardi Djoko Damono 10 Mei 2017.
Membuat saya dalam suasana penuh cinta  ... ups

Sebenarnya mengingat sosok beliau bukan seketika.
Melainkan banyak kejadian yang mampu membangkitkan ingatan pada deretan kata yang beliau susun,
dan membuat saya terjebak dalam romantisme.
Hihihi ...

Seperti beberapa hari lalu Jogja diguyur hujan.
Saya mendadak ingat "Hujan di bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono.
Meskipun saya kenal puisi tersebut bukan dalam bahasa tulis,
melainkan dalam sebuah lagu yang merupakan musikalisasi puisi karya beliau.
Mirip dengan lagu yang pernah booming dengan judul "Aku Ingin",
yang diambilkan dari "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana"

Saya kutip profil beliau dari Wikipedia.
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono dilahirkan di Surakarta pada tanggal 20 Maret 1940.
Beliau adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. 
Dikenal melalui berbagai puisi-puisinya yang menggunakan kata-kata sederhana, 
sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.

Sederhana kata, tapi sangat dalam maknanya
Mak jleeeb kalo kata anak sekarang.
Hahaha

Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958).
Pada masa ini beliau sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. 
Kesukaan menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 
Sejak tahun 1974 mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. 
Beliau pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. 
Pada masa tersebut Sapardi Djoko Damono juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. 
Pada tahun 1986 beliau mendapatkan anugerah SEA Write Award. 
Juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. 
Beliau adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar. 
Menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Musikalisasi puisi karya Sapardi Djoko Damono dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA.
Saat itulah tercipta musikalisasi "Aku Ingin" oleh Ags. Arya Dipayana dan
"Hujan Bulan Juni" oleh M. Umar Muslim. 
"Aku Ingin" diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Beberapa tahun kemudian lahirlah album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono
Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 
Album "Hujan Dalam Komposisi" menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.

Sebagai tindak lanjut atas banyaknya permintaan, album "Gadis Kecil" (2006) diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yang terdiri dari Reda Gaudiamo dan Tatyana dirilis, dilanjutkan oleh album "Becoming Dew" (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu. 

Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata "Ars Amatoria" yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi Sapardi Djoko Damono serta karya beberapa penyair lain.

Di akhir tulisan ini ...
Saya tampilkan 2 karya Sapardi Djoko Damono
Yang membuat saya jatuh cinta lagi untuk ke sekian kali
Ahaaai ....

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada



Hujan di bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan 
diserap akar pohon bunga itu


Sumber: Ragam Info