Tulisan ini pertama kali saya posting di Instagram.
Mendadak aja terlintas di pikiran, karena saya merasa perlu memberikan pencerahan lewat tulisan sederhana.
Entah berhasil atau tidak, pembaca yang menjadi hakim tentang persoalan ini 😀.
Mendadak aja terlintas di pikiran, karena saya merasa perlu memberikan pencerahan lewat tulisan sederhana.
Entah berhasil atau tidak, pembaca yang menjadi hakim tentang persoalan ini 😀.
Memahami alat teodolit (theodolite) itu tidak sekadar bisa mengoperasikan.
Namun, kita wajib mengerti tentang konstruksi alat tersebut.Saya sering menganalogikan bahwa teodolit adalah alat yang bisa "menggeleng dan mengangguk".
Gerakan menggeleng bertumpu pada sumbu I (vertical axis) yang tepat menembus titik tengah piringan horizontal (horizontal circle).
Sedangkan sumbu putar gerakan mengangguk adalah sumbu II (horizontal axis) yang melewati titik pusat piringan vertikal (vertical circle).
Gerakan menggeleng bertumpu pada sumbu I (vertical axis) yang tepat menembus titik tengah piringan horizontal (horizontal circle).
Sedangkan sumbu putar gerakan mengangguk adalah sumbu II (horizontal axis) yang melewati titik pusat piringan vertikal (vertical circle).
Dalam hal ini sumbu II tegak lurus pada sumbu I (statement ini jangan dibalik, karena sumbu I yg jadi acuan).
Sebagaimana garis bidik (collimation axis) tegak lurus terhadap sumbu II, maka sumbu II yang menjadi patokan.
Sebagaimana garis bidik (collimation axis) tegak lurus terhadap sumbu II, maka sumbu II yang menjadi patokan.
Posisi sumbu I, sumbu II, dan garis bidik inilah yang menjadi indikator untuk mendeteksi kesalahan alat teodolit yaitu:
1. Sumbu I yang tidak vertikal;
2. Terjadinya kesalahan kolimasi;
3. Adanya kesalahan indeks vertikal.
Postingan ini untuk pengingat bagi yang lupa saja 😁
1. Sumbu I yang tidak vertikal;
2. Terjadinya kesalahan kolimasi;
3. Adanya kesalahan indeks vertikal.
Postingan ini untuk pengingat bagi yang lupa saja 😁